Selasa, 10 April 2012

Publikasi hasil Penelitian hibah kajian wanita " UPAYA PENGEMBANGAN KUALITAS PRODUK JAMU GENDONG



        UPAYA PENGEMBANGAN KUALITAS PRODUK JAMU GENDONG
            DI DAERAH SERPONG TANGERANG

Abstract
Current  research  about the effort to improve  jamu gendong product quality in Serpong Tangerang  aimed to know the consumers’ most important needs in selecting the jamu gendong products, the consumers’ level of satisfaction of jamu gendong products, and technical importances of consumers by jamu gendong development . Participants were 100 jamu customers and 20 jamu sellers at Desa Raw Mekar Jaya Serpong Tangerang.   Quality Function development  method was used to analyze the data. Findings indicate that some important criteria for the consumer, were : variations product jamu, , no dangerous substance, long lasting, fast service, friendly sellers, glass cleanliness and good overal jamu quality. The study also found that consumers satisfaction were: friendly sellers, fast  service, glass cleanliness,long lasting,unique smell, and good overal  jamu quality. Research also found that technical characteristics should be developed or improved to improve the quality of jamu gendong products  were: composition, appropriate mixture, cleanliness, duration, manufacture method, skills and standard quality.  The findings provided recommendation for the jamu gendong  developers to increase the customer satisfaction..

Key words:   Product quality, technical importances, satisfaction, quality function    development








A.    Latar  Belakang
             Bisnis jamu gendong  telah berkembang puluhan tahun, bahkan pada zaman nenek moyang , mereka sudah membuat dan memasarkan pouduk jamu gendong secara sederhana dan tradisional, bisnis ini di jalankan sebagai bisnis keluarga dan turun- menurun yang umumnya di lakukan oleh kaum wanita atau ibu-ibu rumah tangga yang ingin membantu suaminya dalam  memenuhi kebutuhan keluarga. Berkembangnya bisnis eceran ini cukup tinggi , ini terbukti dari semakin banyaknya wanita yang terjun pada bisnis jamu gendong dimana setiap lokasi baik dikota-kata besar maupun didaerah  banyak di jumpai para wanita penjual jamu gendong. ,  hal ini tidak lepas dari karena banyaknya konsumen baik laki-laki maupun wanita, pekerja kasar atau kuli bangunan, sopir, wanita habis melahirkan, ibu-ibu rumah tangga maupun karyawan, bahkan anak-anak pun juga ikut mengkonsumsi  dan menyukai produk jamu ini. Hal tersebut  menjadikan peluang yang amat besar bagi bisnis ini untuk tumbuh dan terus  berkembang .
           Oleh karenanya agar para wanita penjual jamu gendong dapat mengembangkan jamunya, dan menambah income keluarga, produk jamu gendong harus  tetap eksis dan berkembang serta dapat menghadapi pesaing, maka  dalam proses perencanaan dan pengembangan produk jamu ini perlu menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen atau memprioritaskan kebutuhan pelanggan dengan menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut,  mengevaluasi produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen serta  memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum melalui suatu konsep Quality Funtion Development ( QFD ).
         Melalui hal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu : 1. Melalui dimensi kualitas produk, apa saja yang menjadi kebutuhan konsumen yang dianggap penting  dalam memilih jamu gendong ? 2. Dimensi kualitas apa saja yang  sudah memenuhi tingkat kepuasan konsumen ? 3. Karakteristik teknik manakah yang menjadi prioritas untuk dikembangkan agar sesuai dengan keinginan konsumen? Kendala apa saja yang dihadapi penjual jamu gendong dan bagaimana pemecahannya?
  
C. Kajian Pustaka
1.   Pengertian Kualitas Produk
           Berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan  suatu produk , diantaranya adalah memahami tentang kualitas produk itu sendiri. Untuk itu pemahaman atas kualitas produk dari berbagai sumber dapat dilihat berikut ini , Menurut kotler (2001: 7 ) Kualitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau tersirat. Menurut Bearden, Ingram, dan Laforge (2004: 179), produk didefinisikan sebagai sebuah ide, barang, jasa, ataupun kombinasi ketiganya yang merupakan elemen dalam pertukaran untuk memuaskan objek bisnis maupun individu.  Sedangkan menurut Davis (Yamit,2001:8) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.  
                Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas  produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan ,dengan menawarkan produk yang memberikan nilai dan memiliki kinerja terbaik kepada pelanggan sasaran.
 2.  Dimensi Kualitas Produk
            Menurut Garvin (dalam Mowen dan Minor, 1998: 421), ada delapan dimensi kualitas yang dianggap sebagai atribut produk yang dievaluasi oleh konsumen, yaitu sebagai berikut :
a.    Performa ( performance )
Merupakan karakteristik utama pelanggan untuk membeli produk tersebut, yang berkaitan dengan aspek fungsional dari produk tersebut
b.    Ciri ( features )
Atribut tambahan atau karakteristik yang mendukung fungsi utama produk
c.    Keandalan ( reliability )
Merupakan ketahanan penggunaan produk dalam jangka waktu tertentu. Dapat dikatakan yang mencerminkan kemungkinan produk itu gagal dalam periode waktu tertentu
d.    Konformasi ( conformance )
Tingkat operasi desain produk dan karakteristik mencapai standar yang ditentukan. Dimensi ini dapat diukur ketika produk masih berada di pabrik dan produk berada di tangan konsumen
e.    Daya tahan ( durability )
Pengukuran masa pemakaian produk yang mencakup dimensi ekonomi dan teknis. Berdasarkan dimensi teknis, durability diartikan sebagai sejumlah kegunaan yang didapat dari produk sebelum produk itu memburuk. Berdasarkan dimensi ekonomis, durability diartikan sebagai sejumlah kegunaan yang didapat dari  produk sebelum rusak, diganti atau diperbaiki.
f.    Kemampuan pelayanan ( service ability )
Terdiri dari kecepatan, kebaikan, kemampuan dan kemudahan diperbaiki. Konsumen tidak hanya mempertimbangkan tentang kerusakan produk, tetapi juga tentang waktu yang diperlukan untuk memperbaiki, kemudahan berhubungan dengan pemberi jasa.
g.    Estetika ( aesthetics )
Merupakan karakteristik mengenai keindahan yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dari pilihan individual.
h.    Kualitas yang dipersepsikan ( perceived quality )
Gabungan semua kategori yang merupakan pengaruh dari brand image dan faktor tidak berwujud lainnya yang mempengaruhi persepsi konsumen tentang kualitas.
3.   Kepuasan Pelanggan
            Menurut Tjiptono (2000 : 89) kepuasan pelanggan  adalah tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengamatan konsumsi suatu produk atau jasa. Sedangkan pengertian kepuasan pelanggan menurut Day dalam Tjiptono (1997 : 24) kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Pengertian kepuasan atau tidak kepuasan konsumen menurut Day (Pamungkas,2006:14) adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
         Berdasarkan definisi di atas, maka pada dasarnya pelanggan menilai kepuasan atau ketidakpuasan terhadap suatu produk dan jasa yaitu dengan membandingkan kinerja yang pelanggan rasakan dengan suatu tingkat harapan pelanggan yang telah dipersepsikan terlebih dahulu.
 3.  Pengembangan Produk
               Pengembangan produk merupakan suatu usaha yang secara sadar dan terencana dilaksanakan oleh perusahaan untuk memperbaiki produknya yang telah dihasilkan dan ada di pasar atau menambah macam produk yang dihasilkan. Kegiatan ini tidak akan berakhir selama perusahaan masih peduli untuk memenuhi selera konsumen serta menghadapi para pesaingnya untuk kelangsungan hidup nya. Perusahaan harus mampu secara aktif menciptakan dan memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus meningkatkan keuntungan perusahaan.
         Menurut Stanton (1994:77), pengembangan produk adalah : suatu strategi yang diperlukan untuk suatu perusahaan guna mengembangkan produk baru untuk dijual pada pasar mereka. Sedangkan pengembangan produk menurut McCarthy (1996:84) adalah : suatu penawaran produk baru atau peningkatan produk untuk pasar yang ada pada saat ini. Dengan cara mengetahui kebutuhan pasar pada saat ini, maka sebuah perusahaan bisa melihat cara-cara untuk menambahkan atau memodifikasi fitur produk, menciptakan beberapa tingkat kualitas atau menambahkan jenis atau ukuran lagi agar dapat memuaskan kepada pelanggan dengan lebih baik. Sedangkan menurut Armstrong dan Kotler (2001:345), pengembangan produk adalah : suatu strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan cara menawarkan produk baru atau produk modifikasi ke segmen pasar saat ini.                 

                        Dalam pengembangan produk manajer berusaha untuk memaksimalkan pengembalian dana yang tertanam pada produk baru, meminimalkan resiko kerugian dan menggunakan sumber ekonomi secara efisien. Pengembangan produk baru didasarkan pada asumsi bahwa pembeli menginginkan penyempurnaan produk dan pengenalan produk baru akan cenderung menaikan penjualan total dan laba yang lebih besar bagi perusahaan.  Pengembangan produk harus memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen yang selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga dengan demikian kepuasan konsumen dapat tercapai.

 

 4.   Quality Function Deployment (QFD)

            QFD adalah metode terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi suatu produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen,1995:11). QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum. Konsep QFD dikembangkan untuk menjamin bahwa produk yang memasuki tahap produksi benar-benar akan dapat memuaskan kebutuhan para konsumen atau pelanggan dengan jalan membentuk kualitas yang diperlukan dan kesesuaian maksimum pada setiap tahap pengembangan produk. Fokus utama dari QFD adalah melibatkan konsumen atau pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin.
2. Manfaat Penerapan QFD
           Menurut Lou Cohen, manfaat utama yang diperoleh dari penerapan QFD yaitu:
a.       Rancangan produk dan jasa baru fokus pada kebutuhan pelanggan karenakebutuhan pelanggan tersebut sudah lebih dipahami.
b.      Kegiatan desain dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada kebutuhan pelangggan.
c.       Dapat menganalisis kinerja produk/jasa perusahaan terhadap pesaing utama dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan utama pula.
d.      Dapat memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan mengurangi waktu pemasaran produk baru.
e.       Dapat mengurangi frekuensi perubahan suatu desain setelah dikeluarkan dengan memfokuskan pada tahap perencanaan sehingga akan mengurangi biaya untuk memperkenalkan desain baru.
f.       Dapat mendorong terselenggaranya tim kerja antar departemen.
g.      Dapat menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.



C.  METODE PENELITIAN
          Subjek dalam penelitian ini  adalah 100  pelanggan jamu gendong serta 20 para penjual jamu. Pelanggan yang dipilih adalah pelanggan yang memiliki kriteria berumur di bawah  20 tahun sampai diatas 50 th,  Jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan dijadikan variabel tambahan untuk dianalisis  lebih lanjut. Sedangkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 pelaggan Jamu gedong dan beberapa penjual jamu dipilih  yang berlokasi di  desa Rawa Mekar Jaya Kec. Serpong Tangerang
            Penelitian ini tergolong pada jenis non eksperimental dengan menggunakan metode  survey, melakukan dekomentasi dan akan dianalisis secara kualitatif dengan metode QFD .
D.   Pengukuran
           Langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen pada produk jamu gendong. Instrumen yang diukur mengacu pada dimensi-dimensi kualitas produk sesuai pendapat Garvin dalam Mowen dan Minor(1998) . Untuk ini dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung atau wawancara dengan pihak-pihak yang kompeten tentang jamu dan pelaggan jamu gendong, tentang kebutuhan dan keinginan mereka dalam mengkonsumsi jamu gendong. Setelah mengidentifikasi kebutuhan konsumen, maka dilakukan penyusunan kuesioner awal Untuk menentukan tingkat kepentingan konsumen, kuesioner ini menggunakan skala Likert yang dimodifikasikan sebagai berikut :
1. Sangat Tidak Penting ( STP ) diberi bobot 1
2. Tidak Penting( TP) diberi bobot 2
3. Cukup Penting( CP) diberi bobot 3
4. Penting(P) diberi bobot 4
5. Sangat Penting ( SP) diberi bobot 5
           Setelah dilakukan penyebaran kuesioner awal sebanyak 100 responden kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS versi 16.00. Adapun hasinya dapat dilihat pada lampiran 3.
           Hasil dari kuesioner awal menunukkan semua butir valid dan reliabel , sehingga dapat dilakukan penyebaran kusioner akhir. Dalam kuesioner ini selain menentukan tingkat kepentingan konsumen, dengan skala likert Sangat Tidak Penting (STP) niali 1, Tidak Penting (TP) niali 2, Cukup Penting nilai 3, Penting nilai 4 dan Sangat Penting nilai5 , juga menentukan tingkat kepuasan konsumen dengan skala likert Sangat Tidak Puas ( 1), Tidak Puas(2), Cukup Puas(3) , Puas (4) dan Sangat Puas(5).  
E.  Analisis  Quality Function Deployment (QFD)  dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen , ini merupakan tahap awal dari Quality   Function Deployment (QFD).
  1. Membuat matriks perencanaan (Planning Matrix)
a.         Tingkat kepentingan konsumen (Importance to Customer)
 Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan consume yang ada.
b.         Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk (Customer Satisfaction   Performance) , dimaksudkan untuk mengukur bagaimana tingkat kepuasan konsumen setelah pemakaian produk yang akan dianalisa. Dihitung dengan rumus :
c.         Nilai target (Goal)
Nilai target ini ditentukan oleh pihak perusahaan yang menunjukkan nilai target yang akan dicapai untuk tiap kebutuhan konsumen.
d.         Rasio perbaikan (Improvement Ratio)
 Rasio perbaikan merupakan  perbandingan antara nilai target yang akan dicapai (goal) pihak perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk. Dihitung dengan rumus :
 
e.         Titik jual (Sales Point)
Titik jual adalah kontribusi suatu kebutuhan konsumen terhadap daya jual produk. Untuk penilaian terhadap titik jual terdiri dari:
1 = Tidak ada titik jual
1.2 = Titik jual menengah
1.5 = Titik jual kuat
f.           Raw Weight
Raw Weight merupakan nilai keseluruhan dari data-data yang dimasukkan dalam Planning matrix tiap kebutuhan konsumen untuk proses perbaikan selanjutnya dalam pengembangan produk. Dihitung dengan rumus :
     Raw Weight = (Importance to Customer).(Improvement Ratio).(SalesPoint)
g.         Normalized Raw Weight
Merupakan nilai dari Raw Weight yang dibuat dalam skala antara 0 – 1 atau dibuat dalam bentuk persentase. Dihitung dengan rsumus sebagai berikut :
                       
 3. Penyusunan Kepentingan Teknik
          Pada tahap ini perusahaan mengidentifikasi kebutuhan teknik yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Hal ini memberikan respon teknik untuk setiap keinginan dan kebutuhan konsumen. Keadaan ini menunjukkan bagaimana perusahaan akan memberikan respons terhadap apa yang diinginkan konsumen.


4. Menentukan Hubungan Antara Kebutuhan Konsumen Dengan Kepentingan Teknik
       Penentuan ini menunjukkan hubungan (relationship matrix) antara setiap kebutuhan konsumen dan kepentingan teknik. Pada tahap ini ada 3 macam hubungan yang terbentuk, yaitu :
Tabel 4.3
Nilai Hubungan









Keterangan :
            Hubungan Kuat
            Hubungan Sedang
Hubungan Lemah


5. Penentuan prioritas
       Penentuan ini menunjukkan prioritas yang akan dikembangkan lebih dulu berdasarkan kepentingan teknik.
Contribution =Σ(Numerical value.Numerical RawWeight)
Value : 9  Hubungan kuat, 3 hubungan sedang dan 1 hubungan lemah
   Analisis House of Quality
           Memuat uraian mengenai analisa dari penerapan Quality Function Deployment (QFD) yang meliputi analisa planning matrix, evaluasi tingkat kepuasan konsumen, penentuan prioritas dari kepentingan teknik yang akan dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen.


 

   



Gambar 4.1

Matrix House Of Quality  
G. Hasil Temuan
1.  Temuan tentang karakteristik  respoden
             Dari jenis  kelamin, responden  yang memberikan  penilaian  kuesioner  terdiri dari  44%  laki-laki  dan  56% perempuan  dengan  jumlah  total  responden 100 orang.
 ,  yang  berusia  di bawah 20   tahun  sebanyak 6%,  yang  berusia  21 sampai dengan 40 tahun sebesar  40%  , yang berusia 41 sampai dengan 50 tahun sebanyak 36%,  dan  yang  berusia  lebih  dari  50 tahun tahun  adalah 18%.
       Dari pendidikan terakhir  yang berpendidikan  SMU/di bawahnya  sebanyak  20%,  yang  berpendidikan S1  43%, yang berpendidikan  S2  28%  dan  yang S3  9%  dengan  jumlah  total  responden 100 orang. Dari profesi  responden  yang berprofesi sebagai  mahasiswa sebanyak  9%, pegawai negeri sebanyak  22%, pegawai  swasta  sebanyak  21%,  ibu  rumah tangga  28 %, dan  wirausaha  20%  dengan  jumlah  total  responden 100 orang.


2. Penentuan Tingkat Kepentingan Konsumen (Importance to Customer)
         Dari hasil penyebaran kuesioner awal pertama , dihitung tingkat kepentingan konsumen dengan melihat skala pengukuran yang memiliki nilai terbanyak dari para responden untuk tiap kebutuhan konsumen. Berdasarkan hasil perhitungan pada kebutuhan konsumen yang dianggap sangat penting yaitu: Jenis jamu bervariasi, tidak ada kandungan bahan yang berbahaya, tidak cepat basi, cepat dalam melayani, penjual ramah ,kebersihan gelas dan secara keseluruhan kualitas jamu baik.
3. Penentuan Tingkat Kepuasan Konsumen (Current Satisfaction Performance)
           Pelanggan Jamu merasa sangat puas terhadap produk jamu gendong  yang selama ini dipasarkan karena : Penjual ramah dengan tingkat kepuasan 4,55 ; Cepat dalam melayani dengan tingkat kepuasan 4,54; Kebersihan gelas dengan tingkat kepuasan 4,54; Tidak cepat basi dengan tingkat kepuasan 4,51; aroma khas dengan tingkat kepuasan 4,51; Secara keseluruhan kualitas jamu baik dengan tingkat kepuasan 4,50. 
4. Penentuan Nilai Target (Goal)
         Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak  penjual dan konsumen yang mengisi kuesioner, ada beberapa dari kebutuhan konsumen yang memiliki nilai target tertinggi (nilai 5) yaitu : Aroma khas, tidak mudah berubah rasa, tidak cepat basi, cepat dalam melayani, penjual ramah, kebersihasn gelas, dan secara keseluruhan kualitas jamu baik
5. Rasio Perbaikan (Improvement Ratio)
          Jamu gendong memiliki rasio perbaikan terbesar adalah  : Tidak mudah mudah berubah rasa dengan nilai 1.116, harga terjangkau untuk semua kalangan dengan nilai 1,111, cepat dalam melayani dengan nilai 1,108, aroma khas dengan nilai 1,108, tidak cepat basi dengan nilai 1,108,  kebersihan gelas dengan n ilai 1,101 , penjual ramah dengan nilai 1,098 kualitas memenuhi standar dengan nilai 1,005 .
6. Penentuan Titik Jual (Sales Point)
         Melalui wawancara dengan pihak penjual dan  konsumen yang mengisi kuesioner dan para penjual di beberapa tempat untuk tiap kebutuhan konsumen, yang memiliki titik jual kuat (dengan nilai 1,5) dipasaran dari produk jamu gendong  yaitu : Berhasiat buat kesehatan, terbuat dari bahan –bahan yang alami, warna menarik, jenis jamu beragam, cepat dalam menangani keluhan, kebersihan air, harga terjangkau untuk semua kalangan, secara keseluruhan kualitas jamu baik.
7. Raw Weight
         Kebutuhan konsumen yang memiliki nilai raw weight terbesar dan harus ditingkatkan kualitasnya yaitu : Secara keseluruhan kualitas jamu baik dengan niali 8,333, tidak cepat basi dengan nilai 6,648, tidak mudah berubah rasa dengan nilai 6,696, tidak cepat basi dengan nilai 6,648, penjual ramah dengan nilai 6,588, kebersihan gelas dengan nilai 6,06.
8. Normalized Raw Weight
         Merupakan nilai dari raw weight yang dibuat dalam skala antara 0 -1 atau dibuat dalam bentuk persentase.
9.    Penentuan Hubungan antara Kebutuhan Konsumen dan Kepentingan Teknik
         Dari penentuan hubungan antara kebutuhan konsumen dan kepentingan teknik, yang mempunyai hubungan kuat dengan berhasiat buat kesehatan adalah komposisi,  dan kecocokan campuran. Yang mempunyai hubungan kuat dapat menyembuhkan berbagai penyakit dengan adalah pengobatan tradisional dan aturan pakai.
10. Penentuan Prioritas
          Dari hasil perhitungan ada beberapa kepentingan teknik yang dijadikan prioritas utama dalam pengembangan produk baru , yaitu : komposisi  dengan kontribusi sebesar 3,1362, kecocokan campuran dengan kontribusi sebesar  2,7078, kebersihan  dengan kontribusi sebesar 1,7235, ketahanan  dengan kontribusi sebesar 1,3671, cara pengolahan  dengan kontribusi sebesar 1,3554, keterampilan dengan kontribusi 1,2699, standarisasi kualitas  dengan kontribusi 1,1314.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
          Berdasarkan hasil penelitian dan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kebutuhan konsumen dalam memilih  jamu gendong yang baik berdasarkan tingkat kepentingan konsumen adalah: Jenis jamu bervariasi, tidak ada kandungan bahan yang berbahaya, tidak cepat basi, cepat dalam melayani, penjual ramah, kebersihan gelas dan secara keseluruhan kualitas jamu baik.
2.      Dari pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk jamu gendong, kebanyakan konsumen merasa puas dengan produk tersebut berdasarkan pada : Penjual ramah, cepat dalam melayani, kebersihan gelas ,tidak cepat basi, aroma khas, secara keseluruhan kualitas jamu baik.
3.      Prioritas kepentingan teknik yang harus diperbaiki kualitasnya karena memiliki kontribusi terbesar adalah : komposisi,  kecocokan campuran, kebersihan, ketahanan, cara pengolahan, keterampilan dan standarisasi kualitas.
4.      Pelaksanaan Quality Function Deployment  pada jamu gendong  langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat kuisioner.Kuisioner ini dibagi menjadi 2, yaitu kuisoner awal dan kuisioner akhir.Data Kuisioner awal untuk menguji validitas dan reabilitas data.Sedangkan data pada kuisioner akhir digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan, kepuasan konsumen, nilai target  (Goal), ratio perbaikan (Improvement Ratio), penentuan titik jual (Sales Point), Raw Weight, Normalized Raw Weight,  penentuan hubungan antar kebutuhan konsumen dan kepentingan teknik, dan pentuan prioritas.
  SARAN
1.       Sebaiknya dalam memilih minuman jamu gendong yang baik perlu memperhatikan hal- hal seperti: Jenis jamu bervariasi, tidak ada kandungan bahan yang berbahaya, tidak cepat basi, cepat dalam melayani, penjual ramah, kebersihan gelas dan secara keseluruhan kualitas jamu baik.
2.       Agar konsumen merasa puas dengan produk jamu gendong sebaiknya dalam pengembangan produk selanjutnya perlu diperhatikan kepentingan teknik yang menjadi prioritas dalam hal ini adalah: komposisi, kecocokan campuran, kebersihan, ketahanan, cara pengolahan, keterampilan dan standarisasi kualitas.

J. DAFTAR PUSTAKA
Bearden, William O., Ingram, Thomas N. and LaForge, Raymond W. (2004), Marketing Principle Perspective. 14th Edition. New York: McGraw Hill Inc
Berkowitz, Eric N. (2000). Marketing. Sixth Edition. New York: McGraw Hill Inc
Cateora, Phillip R., Graham, John L. (2007). International Marketing. 13th Edition. New    York: McGraw Hill Inc
Cohen, Lou. (1995). Quality Function Deployment : How To make QFD Work   OfYou,   addition Wesley Publishing Company, New York.
Kotler, Phillip and Keller, Kevin L. (2006). Marketing Management. 12th Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc
Mowen, John C., Minor, Michael. (1998). Consumer Behavior. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc
Masri Singarimbun, Sofian Effendi. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES
Oliver, Richard L. (1997). Satisfaction : A Behavioral Perspective an The Consumers. New York: McGraw Hill Inc
Oliver, Richard L. (1997). Satisfaction : A Behavioral Perspective an The Consumers. New York: McGraw Hill Inc
Singgih Santoso. (2002). Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT Gramedia
Stanton, William J., Etzel, Michael J., Walker, Bruce J. (1994). Fundamental of Marketing. Tenth Edition. New York: McGraw Hill Inc
Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta
William D. Perreault, Jr., E. Jerome McCarthy (2000), Essentials of Marketing. International  Edition. McGraw Hill Companies.
Montgomery, Douglas C. 1990. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik.    Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

C. Sinopsis Penelitian Lanjuatan
          
Melalui hasil penelitian tentang kebutuhan konsumen yang dianggap sangat penting yaitu: Jenis jamu bervariasi, tidak ada kandungan bahan yang berbahaya, tidak cepat basi, cepat dalam melayani, penjual ramah ,kebersihan gelas dan secara keseluruhan kualitas jamu baik. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan mengembangkan keterampilan penjual jamu itu sendiri seperti halnya mengembangkan variasi jamu, karena hal ini dianggap sangat penting bagi konsumen dalam memilih jamu

Sementara kendala  yang dihadapi penjual jamu gendong ini, hanya memiliki ketrampilan dan peralatan yang sangat tradisional, shungga kemampuannya untuk lebih dapat menciptakan variasi jamu yang lebih banyak perlu ditingkatkan lagi yang  sesuai dengan suara konsumen.

Melalui penelitian ini juga diperoleh  kepentingan teknik yang menjadi prioritas produk  jamu gendong yang  perlu dilakukan  pengembangan kualitas adalah: komposisi, kecocokan campuran, kebersihan, ketahanan, cara pengolahan, keterampilan dan standarisasi kualitas.
Melalui penelitian lanjutan dapat memodifikasi produk jamu gendong sesuai dengan yang menjadi priritas diatas.
Langkah-langkah Penelitian Lanjuatan:
-           Menganalisis Penjual
-          Menganalisis jenis jamu yang di pasarkan
-          Meningkatkan produktivitas penjual
-          Memodifikasi Produk ( Komposisi, Campuran, Ketahanan, Kebersihan)
Memodifikasi variasi produk